Senin, Juli 7

NYOYA Lee : PEMILIK SGC : SEBUAH CATATAN KECIL

NYOYA Lee : PEMILIK SGC : SEBUAH CATATAN KECIL

Penulis : Ketua K3PP – Tubaba

Siapa yang tak mengenal dengan sosok Purwanti Lii atau yang lebih dikenal dengan panggilan nyoya Lii.

Publik sudah begitu mengenalnya apalagi para politisi lokal tidak mungkin mengenalnya. Pasti mengenalnya.

Wanita dengan bergaya nyentrik ala “ Lady Rocker “ berkaos kerah hitam, celana panjang hitam, sepatu hitam serta rambut panjang hitam terurai. Semuanya serba hitam.

Dimana tempat “ simbol pakain “ itu selalu melekat dalam dirinya. Itulah yang membedakan dari yang lainnya dalam berbusana.

(Ahmad Basri, Ketua K3PP – Tubaba)

Pemilik perusahaan tebu terbesar di lampung dengan nama Sugar Group Companies ( SGC ) memang masih nampak cantik walaupun usia sudah diatas 60 an tahun.

Walaupun ada sedikit goresan raut wajah yang sedikit “ keriput “. Namun sisa – sisa kecantikan masih bisa terlihat jelas. Kita bayangkan ketika masih mudah bagaimana kecantikannya.

Daya tarik nyoya Lii memang luar biasa apalagi bagi masyarakat Tubaba. Sepertinya Tubaba ada tempat yang istimewa di hati Nyoya Lii. Sepertinya kunjungan ke Tubaba sudah menjadi kegiatan rutinitas.

Sudah berulang kali berkunjung ke Tubaba. Maklum ada lembaga pendidikan yang ia bangun di Tubaba. Namanya Perguruan Tinggi Garuda berbasis keahlian industri perkebunan. Mereka yang lulus siap menjadi karyawan.

Mengapa sekelas Nyoya Lii harus turun tangan langsung hanya sebatas untuk bersosialisasi ke masyarakat guna memperkenalkan lembaga pendidikannya.

Apakah tidak ada tim lain yang bisa bersosialisasi ke masyarakat untuk mengenalkan lembaga pendidikannya. Tidak selalu sang pemiliknya yang selalu turun gunung.

Ada rektor, pembantu rektor atau dosen yang setidaknya bisa mengambil alih peran itu jika hanya untuk bersosialisasi memperkenalkan lembaga pendidikannya.

Atau mempublikasikan dengan media iklan banner, spanduk, secara masif tentang lembaga pendidikan “ PTG “ di seluruh penjuru Tubaba.

Masalah dana tidak mungkin kekurangan dan itu mudah masalah kecil bagi Nyoya Lii. Tapi mengapa hal itu tidak dilakukannya. Sebaliknya cenderung melakukan pertemuan dengan para kepala tiyuh. Lalu masyarakat dikumpulkan di balai desa.

Atau dibalik pertemuan itu ada pesan lain diluar masalah pendidikan. Bisa jadi mengajak masyarakat untuk mau bersedia bekerja di semua anak perusahaan SGC. Sebagai buruh penebang tebu dengan status pekerja harian lepas.

Lagi – lagi untuk apa harus Nyoya Lii yang turungan langsung bersosialisasi. Ada lapisan struktur manajer perusahaan yang setidaknya bisa mengambil alih persoalan tersebut.

Apakan mereka semua tidak mampu. Saya rasa pasti mampu hanya sebatas mencari buruh pekerja harian lepas untuk bekerja di perusahaan.

Atau mengutus orang kepercayaan “ Umar Ahmad “ mungkin lebih dari cukup tidak perlu sang pemilik terjun langsung. Apalagi sebagai mantan Bupati Tubaba lebih mengerti dan paham masyarakat tubaba.

Sekelas perusahaan SGC tidak lazim “ big bos “ harus terjun langsung mencari buruh kesana kemari.